Friday, 7 October 2011

PUISI MALAM

Bersama heningnya malam

kehidupan malam dan siang sangat terasa bedanya, di sini, di pedesaan kaki gunung syawal
malam terasa hening, sepi, sunyi dan dingin. sunyi........dari hiruk pikuk kehidupan
hanya suara gemeciknya air pancuran dan suara-suara serangga kecil yang terdengar
namun jauh di kedalaman pusat gravitasi emosional.........di kedalam hati
berteriak, lantang
bergemuruh bak suara ombak di lautan
menggelegar laksana suara halilintar
jelas terdengar.....
jeritan hati, teriakan rindu
rindu pada kekasih abadi
semakin larut....teriakan rindu semakin membahana, bergemuruh, bergema memantul pada dinding-dinding kehidupan, pada lantai kesadaran, pada langit-langit rasio yang terkadang tak terfahamkan
makin lantang.........membumbung tinggi, menjumpai kekasih abadi
dari lubuk hati, pusat gravitasi emosional, teriakan makin lantang
rindu tak tertahan kan
rindu minta ampun atas ketidaksetiaanku
rindu minta ampun atas penghianatanku
rindu minta ampun atas perselingkuhanku dengan  nafsul amarah
rindu mohon keridloan Mu atas cintaku
rindu mohon keridhoanMu atas segala persembahanku yang hina dan tak seberapa
kasihku.........
aku tahu ketak-pantasanku mendekatiMU
aku tahu ketak-pantasanku mencintaiMu
aku tahu ketak-pantasanku mengharap cintaMu
aku tahu ketak-setiaanku pada Mu tak terhitung walau menggunakan komputer secanggih ribuan tahun yang akan datang
aku tahu perselingkuhanku dengan dunia tak terperikan
namun.............
ku tahu Kau adalah kekasih yang pemaaf
magfirahMu melebihi 7 lautan dunia

Thursday, 6 October 2011

PEMBELAJARAN aktif


Pembelajaran Aktif

A. Latar belakang
Kehidupan senantiasa berkembang maju ke arah yang lebih kompleks. Revolusi Ilmu dan teknologi yang demikian cepat terutama keamjuan teknologi informasi yang semakin cepat memaksa kita harus meninjau kembali segala persiapan dan bekal hidup. Hal tersebut menimbulkan perlunya pemikiran ulang dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pola penyelenggaraan pendidikan nasional yang selama ini kita terapkan ternyata belum mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki karakter dan kompetensi yang dibutuhkan untuk survife dalam kehidupan. Lulusan sekolah cenderung bingung ketika menghadapi dunia nyata yang semakin komplek, semakin asing darii teori-teori yang didapatkan di kelas. Karena itu diperlukan perubahan mendasar dalam system pendidikan nasional kita.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kita mencoba memperbaharui UU Sisdiknas dengan lahirnya UU no 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perubahan UU tersebut pada gilirannya menuntut penyesuaian pada kurikulum sekolah. Disamping itu, kita menyadari bahwa perubahan kurikulum setiap kurun waktu tertentu, merupakan suatu keniscayaan . kalau tidak, maka dunia pendidikan akan senantiasa terkucil dari kehidupan nyata.
Lahir dan diterapkannya Kurikulum 2004 dengan landasan Kuriulum berbasis Kompetensi (KBK), diharapkan dapat menjadi tonggak reformasi pendidikan nasional yang menjadikan pendidikan sebagai suatu jembatan yang mampu mengantarkan anak bangsa ke kondisi siap menghdapai hidup dengan segala probelmatikanya.
B. Prinsif dasar
Peningkatan mutu pendidikan harus diupayakan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang pada gilirannya mampu meningkatkan kecakapan hidup (life skill) melalui seperangkat kompetensi agar generasi bangsa berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pendidikan tidak hanya membebani peserta didik dengan seperangkat pengetahuan yang kering, tapi membekali peserta didik dengan seperangkat kemampuan untuk mempelajari dan mengembangkan sendiri (learing to learn)
Oleh karena itu, Kurikulum 2004 memiliki cirri antara lain :
1.     Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2.    Berorientasi pada proses, hasil belajar dan dampak (learning outcomes) dan keberagaman.
3.    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5.    Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
C. Aktive Learning
Dari uraian di atas, nampak bahwa kurikulum berbasis kompetensi menuntut pembaharuan dan perubahan pola pembelajaran dari yang selama ini kita lakukan.  Pembelajaran bukan hanya semata-mata transfer pengetahuan. Pembelajaran bukan hanya semata-mata dengarkan, lihat dan catat  untuk kemudian dihafalkan. Melainkan pembelajaran yang mampu memenuhi empat pilar pendidikan yaitu ; learning to know, learning to do, Learning to live together, dan learning to be.
Oleh karena itu, pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki mutu pendidikan adalah pembelajaran aktif. Aktive  learning antara lain dapat menggunakan pendekatan Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning, CTL).
CTL dibangun di atas dasar landasan filosofis bahwa pengetahuan dan pemahaman dibangun sendiri oleh manusai sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong..
Selama ini dalam pembelajaran kita lebih melihat dan menekankan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan,  sementara bagaimana siswa memperoleh penegtahuan kurang diperhatikan. Hal ini hanya akan melahirkan lulusan yang siap “menerima “ pengetahuan, bukan lulusan yang siap mencari.
Kurikulum 2004 menghendaki strategi memperoleh lebih diutamakan disbanding seberapa banyak memperoleh, sesuai dengan pilar pendidikan tersebut di atas. Oleh karena itu active kearning menghendaki agar guru memfasilitasi proses pembelajaran dengan :
  1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
  2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya
  3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
Oleh karena itu, ketika merancang pembelajaran, guru bukan memikiran bagaimana saya harus menyampaikan dan menerangkan materi palajaran melainkan  memikirkan ; (1) pengalaman apa yang harus dialami siswa ? (2) apa yang harus dilakukan siswa ? sehingga mereka sampai pada kompetensi yang dibutuhkan.
Dengan kata lain, dalam proses belajar aktif, guru berfungsi sebagai sutradara yang merancang sekenario belajar serta memimpin para pemain dalam melakukan acting belajar sebaik-baiknya. Guru bertugas menciptkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan senang.
Sekenario pembelajaran yang ieal dalah yang mampu merangsang aktivitas semua modalitas belajar manusia. Ada empat modalitas belajar yang dominasinya berbeda-beda untuk setiap individu. Oleh karena itu keempat modalitas itu semuanya harus terangsang bekerja. Empat modalitas belajar itu adalah :
1.     Somatis, yakni belajar dengan bergerak dan berbuat
2.    Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar
3.    Visual, belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4.    Intelektual, belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Secara umum, pembelajaran aktif dapat dilakukan dalam empat tahapan yaitu :
1.       Persiapan, yaitu tahap menimbulkan minat para pelajar agar benar-benar siap dengan kesan positif mengenai pengalaman belajar yang akan diperoleh.
2.       Penyampaian, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar sesuai dengan sekenario yang telah dirancang. Pada tahap ini, siswa dibantu untuk memperoleh pengalaman belajar dengan cara yang menarik dan melibatkan semua modalitas belajar. Menyampaikan bukan berarti menerangkan atau memberitahukan.
3.       Pelatihan, yaitu membantu pelajar menintegrasikan dan menerapkan pengetahuan baru dalam berbagai cara untuk memecahkan suatu persoalan yang akrab dengan kehidupan mereka.
4.       Penampilan Hasil, yaitu membantu pelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru pada pekerjaan sehingga hasil belajar melekat dan penampilan hasil akan selalu meningkat.

 D. Penutup
Segala teori pembelajaran dengan berbagai pendekatan dan metode dapat dipergunakan dalam pembelajaran aktif. Yang pasti kuncinya adalah kemauan, kreativitas dan kecintaan guru akan profesinya. Kecintaan akan profesi akan membangkitkan energi dan semangat untuk senantiasa mencari dan pada gilirannya akan melahirkan kreativitas.
Kita (para pelaku pendidikan) terlalu mudah dan terlalu sering mencari kambing hitam kesalahan yang kita perbuat sendiri. Padahall kambing hitam itu ada pada diri kita sendiri.
Kita terlalu sering mengatakan bahwa segala teorii pembaharuan akan menjadi omong kosong manakala tidak ditunjang dengan fasilitas dan dana yang memadai. Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat. Padahal benarkah hanya kekurangan dana itulah yang menjadi penyebab kegagalan kita ? Seandaiinya hari ini kita diberi dana yang cukup, benarkah kita siap melakukan pembaharuan dan pembelajaran terbaik ? Jangan-jangan ketika ada dana yag cukup malah kita bingung sendiri akan dipakai untuk apa dan program kegiatan berkualitas macam apa yang harus kita perbuat ?
Sebenarnya dua sisi itulah yang kita perlukan. Dana dan kreatifitas. Kreativitas tanpa dana akan sulit diwujudkan. Sebaliknya, dana tanpa kreatvitas, hanya akan melahirkan kebingungan dan pemborosan yang sia-sia.
Kualitas pendidikan berbanding lurus dengan dana dan kreativitas pelaku pendidikan.
Ciamis, 4 Januari 2005
Endang. M. E
Sumber :
1.     Depdiknas, 2004, Kurikulum 2004, Kerangka dasar, Jakarta
2.    ----------, 2003, Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika untuk SMP/MTs, Jakarta
3.    ---------, 2003,Pedoman Umum Pengembangan Silabus, Jakarta
4.      ---------, 2003,Pedoman Umum Pengembangan Penilaian , Jakarta,
5.      DePoter, Bobbi, 1999, Quantum learning, bandung : Kaifa
6.      DePoter, Bobbi, 2000,Quantum Teaching, , Bandung: Kaifa
7.      Meier, Dave,2002, The Accelarated Learning, bandung :Kaifa
8.          ----------2004, Handout Inservice Training KBK Matematika, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat,
9.      Syaiful Sagala, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Penerbit Alfabeta
10.  Wina Sanjaya, 2005, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Prenada Media